Pencucukan Benang Lusi
A. Pengetahuan
yang diperlukan dalam melakukan pencucukan benang lusi
1. Macam
– macam jenis cucukan
Seperti yang sudah
dijelaskan dibagian sebelumnya bahwa mencucuk adalah memasukkan benang lusi ke
dalam dropper, gun, dan sisir tenun. Mencucukkan ke dalam dropper, umumnya
dilakukan secara lurus. Oleh karena itu, tidak dibahas lebih lanjut, sedangkan
pencucukan pada gun dan sisir tenun, jenisnya macam – macam. Oleh karena itu,
penjelasan selanjutnya akan diuraikan mengenai jenis cucukan gun dan sisir
tenun.
Cucukan gun biasanya
digambarkan diatas cucukan sisir tenun, semua gun digambarkan horizontal, dan terbagi
dalam kotak – kotak kecil. Kotak – kotak ini menggambarkan mata – mata gun,
nomor urut gun diberikan mulai dari gun paling bawah menuju ke atas, gun paling bawah ini didalam praktek adalah
yang paling dekat dengan operator tenun.
Jenis
cucukan gun dapat digolongkan sebagai berikut :
a.
Cucukan
lurus
b.
Cucukan
dipersingkat, terbagi menjadi dua, yaitu cucukan runcing dan pecah
c.
Cucukan
rangkap
d.
Cucukan
loncat
e.
Cucukan
campuran
a. Cucukan
lurus
Cucukan lurus ialah
cucukan yang dikerjakan dengan cara sebagai berikut :
Benang lusi dicucuk
berturut – turut mulai dari gun ke-1 sampai gun terakhir. Setelah cucukan gun
terakhir, benang berikutnya dicucuk kembali seperti cara semula.
Lusi ke-1 dicucuk dalam mata gun 1 pada gun ke-1,
lusi ke-2 dicucuk dalam mata gun 1 pada gun ke-2, lusi ke-3 dicucuk dalam mata
gun ke-1 pada gun ke-3 dan lusi ke-4 dicucuk dalam mata gun 1 pada gun ke-4,
kemudian lusi ke-5 dicucuk dalam mata gun ke-2, lusi ke-6 dicucuk dalam mata
gun ke-2 pada gun ke-2 dan seterusnya. Secara teoritis, cucukan dalam mata gun
ke-2 pada gun ke-2 dan seterusnya.
Secara teoritis, cucukan lurus ini dapat dipergunakan untuk semua jenis
anyaman. Benang – benang lusi pada cucukan lurus terbagi dalam kelompok –
kelompok, tiap kelompok jumlahnya sama dengan banyaknya gun.
b. Cucukann
dipersingkat
Termasuk jenis
cucukan ini adalah cucukan runcing. Jika satu repeat anyaman terdiri dari 8
lusi yang bekerja sebagai berikut: benang lusi ke-1 s/d ke-5 bekerjanya
berbeda, sedang benang lusi ke-6 s/d ke-8 bekerja berturut – turut sama dengan
benang lusi ke-4 s/d ke-2. Untuk anyaman seperti ini dapat digunakan cucukan
lurus dengan menggunakan gun sebanyak 8 buah. Tetapi mengingat efisiensi,
sedapat mungkin digunakan jumlah gun minimum tanpa mengurangi myutu tenunnya.
Jika kondisi lain memungkinkan, anyaman tersebut dapat dengan cucukan runcing.
Cucukan ini dapat
diperoleh dengan jalan menggunakan ketentuan bahwa benang lusi yang bekerja
sama dapat diperoleh dengan jalan mengggunakan ketentuan bahwa benang lusi yang
bekerja sama dapat dicucuk pada gun yang sama.
Benang lusi ke-6
dapat dicucuk pada gun ke-, sebab bekerjanya sama dengan lusi ke-4 . lusi ke-7
dicucuk pada gun ke-3 dan lusi ke-8 dicucuk pada gun ke-2. Cucukan seperti ini
dapat juga disebut cucukan balik, karena sesudah gun terakhir, cucukan kembali berturut
– turut dari nomor gun tinggi ke nomor gun rendah. Sesudah balik sampai pada
gun ke -2 , cucukan diulangi seperti semula yakni mulai dari gun ke -1. Cucukan
runcing banyak dipakai dalam turunan – turunan anyaman keper, misalkan keper
runcing, keper duri ikan, keper berbiku (keper zig – zag), anyaman babad dan
sebagainya.
c. Cucukan
pecah
Merupakan cucukan
dipersingkat dalam bentuk yang berbeda dengan cucukan runcing. Cucukan ini
selanjutnya disebut cucukan rusak atau cucukan pecah, cucukan ini tidak mempunyao
bentuk yang teratur. Dalam cucukan dipersingkat, gun yang mempunyai mata gun
paling sedikit sebaiknya dipasang paling belakang, agar diperoleh mulut lusi
yang baik
Dan pengangkatan gun menjadi lebih ringan.
Pada mesin yang menggunakan cam untuk menggerakkan gun, ,maka cam yang jari –
jarinya besar digunakan untuk menaikkan dan menurunkan gun yang paling
belakang.
d. Cucukan
rangkap
Jika sejumlah benang
lusi secara berturut – turut dalam mata gun dari gun yang sama, kemudian
sejumlah lusi yang bertikut-nya dicucuk dalam gun lain dengan cara yang sama pula, maka cucukan
demikian adalah “cucukan rangkap” , cucukan ini dipakai misalnya dalam anyaman
hopsack dan anyaman – anyaman yang terdapat kelompok – kelompok benang lusi yang bekerjanya sama.
e. Cucukan
loncat
Untuk menenun kain
yang mempunyai teta lusi tinggi, digunakan gun lebih banyak daripada gun
minimum. Misalnya pada anyaman plain, jumlah gun minimum yang dapat digunakan
ialah 2 gun. Tetapi apabila digunakan tetal lusi tinggi harus digunakan gun yang lebih banyak dari jumlah tersebut.
Dibawah ini diberkan pedoman mengenai penggunaan gun anyaman plain.
-
Untuk
menenun cotton dengan tetal lusi 20 helai/cm atau 50 helai/inch, digunakan 4
gun.
-
Untuk
tenunan sutera dengan tetal lusi 120 helai/cm atau 300 helai/inchi, digunakan 6
s/d 10 gun.
-
Untuk
tenunan wol dengan tetal lusi 40 helai/cm atau 100 helai/ inch, dignakan 12
gun.
Cucukan loncat
dikerjakan dengan cara sebagai berikut :
·
Lusi
ke-1 dicucuk pada gun nomor 1
·
Lusi
ke-2 dicucuk pada gun nomor 3
·
Lusi
ke-3 dicucuk pada gun nomor 5
·
Lusi
ke-4 dicucuk pada gun nomor 2
·
Lusi
ke-5 dicucuk pada gun nomor 4
·
Lusi
ke-6 dicucuk pada gun nomor 6
Jadi setiap benang
lusi dicucuk dengan meloncat sebuah gun, terhadap cucukan benang lusi
sebelumnya. Loncatan cucukan ini dapat dilakukan lebih dari 1 gun, misalnya
meloncati 2,3 atau 4 gun.
f.
Cucukan campuran
Cucukan ini adalah
campuran dari system cucukan yang telah dipaparkan . cucukan ini banyak dipakai
terutama dalam anyaman hias.
2. Benang
lusi
Benang lusi adalah
benang yang posisinya searah dengan panjang kain pada kain tenun atau benang
yang arahnya memanjang pada beam tenun.
3. Memeriksa
kondisi benang lusi pada beam tenun
Benang – benang lusi
pada beam tenun yang akan dicucuk, terlebih dahulu diperiksa kondisinya.
Pemeriksaan dapat dilakukan sebagai berikut :
·
Cek
apakah benang – benang lusi berjajar dan tersilang pada tali silangannya dengan
benar.
·
Jika
ditemukan benang lusi yang putus, disambung terlebih dahulu.
·
Benang
– benang lusi yang menyilang, diluruskan sesuai jalurnya.
4. Macam
– macam sambungan benang
Macam bentuk
sambungan yang dikenal dalam pertenunan yaitu :
a. Sambungan
pilinan
Sambungan pilinan
merupakan sambungan pilinan dengan tangan, lusi lama dengan lusi baru disambung
dengan cara dipilin menggunakan cairan perekat. Sambungan macam ini digunakan
untuk menyambung benang – benang lusi, dimana
diperlukan pula untuk mengecek cucukan lama, yang mungkin salah selama
proses pertenunan. Sambungan macam ini banyak digunakan terutama pada penyambungan
lusi untuk tenunan yang mengggunakan alat pembentuk mulut lusi jacquard.
b. Sambungan
berbutir (spot knotted)
Sambungan yang
dihasilkan dengan menggunakan mesin penyambung benang lusi dan alat penyambung
universal merupakan sambungan macam ini. Kelemahan sambungan macam ini ialah
mudah lepas kembali pada saat ditarik. Karena ujung sambungan kurang panjang,
atau apabila dalam penyambungan benang – benang dengan nomor berbeda atau
benang yang licin.
c. Sambungan
mati (lock kntotted)
Sambungan macam ini
hanya digunakan apabila benang – benang yang disambung bernomor sama. Sambungan
macam ini tidaklah stabil sehingga mudah menimbulkan gaya rotasi pada saat –
saat ada tegangan yang akan mengganggu dalam proses pertenunan.
d. Sambungan
tenun (weaver knotted)
Sambungan ini
merupakan yang sangat cocok pada pertenunan, dihasilkan dengan alat boyce
weaver knother ataupun dengan tangan.
Sambungan macam ini
biasanya diperoleh dari kelosan ataupun pada saat operator tenun menyambung
benang kusui di mesin tenun. Bentuk sambungan ini memungkinkan sambungan dengan
mudah dapat melalui dropper, gun, maupun sisir tanpa menganggu benang
disebelahnya.
5. Cara
menyambung benang putus
Benang – benang lusi
yang putus pada saat proses pencucukan harus disambung dengan menggunakan
tangan. Sambungan benang diusahakan ujungnya sependek mungkin sehingga
mempermudah proses jalannya benang pada waktu dilakukan penarikan melalui
dropper, mata gun dan sisir tenun.
Langkah
menyambung benang :
a.
Pegang
benang
Dengan dua tangan,
ujung benang di jepit dengan ibu jari dan jari telunjuk, masing – masing tangan
(ujung benang ± 1 cm panjangnya).
b.
Di
silangkan (90°)
Benang disebelah
kanan di bawah sepanjang 1 cm, dijepit dengan ibu jari & jari telunjuk
tangan kiri.
c.
Melingkarkan
Lewat atas ibu jari
dan masuk dibawah silangan kiri & di atas silangan kanan, dijepit dengan
ibu jari & jari telunjuk tangan kiri.
d.
Ujung
silangan dilipat ke dalam lingkaran
Dengan ibu jari
tangan kanan, ujung silangan kanan masukkan ke dalam lingkaran.
e.
Kencangkan
Ujung silangan yang
masuk ke dalam lingkaran dijepit dengan ibu jari & jari telunjuk tangan
kiri.
f.
Dipotong
Pangkal benang
sambungan ditarik dengan pasti hingga simbul sambungan betul – betul kencang,
dua ujung benang dipotong bersama – sama dengan gunting dan sisakan 3 mm.
Sekali lagi benang
yang sudah disambung ditarik sehingga simpul sambungan betul – betul kencang .
6. Cara
mencucuk benang lusi pada dropper dan gun
Untuk menjaga agar
semua benang - benang lusi tetap teratur
terletak berdampingan satu dengan yang lain sebagaimana halnya telah diatur
pada proses penghanian maka setiap benang lusii harus pula secara berturut
turut dicucuk pada dropper, mata gun dan sisir tenun.
Pencucukan pada
dropper hendaknya diusahakan menurut aturan, sehingga jika terjadi benang lusi
putus maka pencucukan kembali pada dropper akan mudah dan cepat.
Pencucukan pada mata
gun yang telah dipasang pada rangka gun, biasanya dilakukan dari arah sisi
kanan ke kiri (Dilihat dari arah tukang cucuk).
Pencucukan dilakukan
secara beruturan sesuai dengan rencana anyaman yang dibuat. Setelah pekerjaan
diatas selesai, semua benang lusi telah dicucukan pada dropper dan mata gun,
barulah dapat dimulai pencucukan pada lubang sisir.
Berikut
langkah cara mencucuk benang lusi pada dropper dan gun :
a.
Memasang
benang lusi pada standar gulungan benang lusi, sambil diatur sehingga semua
benang lusi dalam keadaan tegang dan dalam posisi sejajar.
b.
Tegangkan
tali – tali silangan, sehingga semua helai benang lusi dalam posisi sejajar,
mudah dipisahkan satu terhadap yang lain.
c.
Pasangkannn
dropper sebanyak helai benang lusinya pada dropper bar, dropper hendaknya
terbagi rata pada dopper bar-nya masing – masing.
d.
Pasangkan
matagun pada rangka gun sehingga semua mata gun yang terpasang terbagi rata.
e.
Pasangkan
rangka gun pada standard tempat pencucukan sehingga semua permukaan rangka gun
sama tinggi dengan permukaan dropper.
f.
Lakukanlah
pencucukan helai demi helai dari arah sisi sebelah kanan bergeser ke arah sisi
sebelah kiri
g.
Pencucukan
dilakukan secara berhati – hati, tidak ada satu helai pun benang yang terlewat
h.
Pencucukan
untuk kelompok benang lusi pinggir biasanya dilakukan sekaligus dua helai
benang lusi pada sebuah mata gun dengan masksud agar benang lusi pinggir lebih
tinggi kekuatannya sehingga menahan tarikan benang pakan.
i.
Setelah
pencucukan diatas selesai barulah dapat dimulai pencucukan pada sisir tenun.
7. Macam
– macam cucukan sisir tenun
Dalam rencana tenun,
bagan cucukan sisir tenun memberi petunjuk tentang berapa banyaknya benang lusi
yang dimasukkan ke dalam celah satu lubang sisir.
Jenis
cucukan sisir tenun terdiri dari :
a. Cucukan
teratur
Pada cucukan sisir
ini, tiap 1 lubang sisir dimasuki benang sama banyak helainya
b. Cucukan
berkelompok
Pada cucukan ini,
tiap lubang tidak selalu sama banyak isi benangnya, tetapi merupakan kelompok –
kelompok yang teratur.pada cucukan sisir berkelompok, lubang sisir nomor 1
berisi 3 helai benang lusi, sedang pada lubang sisir nomor 2 berisi 2 helai.
Kemudian system cucukan ini diulangi berturut – turut, yaitu :
·
Lubang
sisir nomor 3 berisi 3 helai
·
Lubang
sisir nomor 4 berisi 2 helai
·
Lubang
sisir nomor 5 berisi 3 helai
·
Lubang
sisir nomor 6 berisi 2 helai dan seterusnya.
c. Cucukan
tak teratur
Pada cucukan sisir
tak teratur, tiap lubang tidak selalu berisi benang lusi sama banyak, dan tidak
teratur pula (tidak merupakan kelompok – kelompok).
8. Mencucuk
pada sisir tenun
Benang – benang lusi
yang sudah dicucuk pada dropper dan mata gun, selanjutnya dicucukan pada sisir
tenun.
B. Keterampilan
yang diperlukan dalam melakukan pencucukan benang lusi
1.
Membaca
kartu proses dan gambar cucukan
2.
Memeriksa
kondisi benang lusi
3.
Menyambung
benang lusi
4.
Mencucuk
benang lusi
5.
Membaca gambar cucukan pada sisir tenun
6.
Memeriksa
hasil cucukan pada dropper dan mata gun
7.
Memperbaiki
kesalahan cucukan
8.
Mencucuk
benang lusi dari gun pada sisir tenun
C. Sikap
kerja dalam melakukan pencucukan benang lusi
1.
Membaca
kartu proses dan gambar cucukan dengan teliti
2.
Memeriksa
kondisi benang lusi dengan teliti
3.
Menyambung
benang lusi yang putus dengan teliti
4.
Mencucuk
benang lusi sesuai SOP
5.
Membaca
gambar cucukan pada sisir tenun dengan teliti
6.
Mencucuk
benang lusi dari gun pada sisir sesuai SOP
7.
Memeriksa
hasil cucukan dengan teliti
cara membersihkan sisir cucukan mesin wjl?
BalasHapustolong dijawab, terima kasih
BalasHapus